Kamis, 30 April 2009

Topik Apa yang Menarik dari TNI AU untuk Media Massa?


Salah satu keunggulan media massa adalah dapat memberikan efek pembentukan citra baik individu maupun kelompok. Sebuah citra akan terbentuk berdasarkan informasi yang terima oleh masyarakat kemudian media massa bekerja untuk menyampaikan informasi kepada khalayak, informasi dapat membentuk, mempertahankan atau mendefinisikan citra. Peranan citra menjadi penting bagi TNI AU mengingat dalam situasi tertentu Opini Publik merupakan kekuatan dahsyat yang dapat mempengaruhi baik atau buruk sebuah citra. Harus diakui bahwa media massa yang dioptimalkan pemanfaatannya dapat mendukung berbagai kebijakan baik Pemerintah maupun Institusi atau suatu lembaga tertentu dalam mensosialisasikan programnya sekaligus sebagai upaya pembangunan citra positif .

Mencermati keunggulan yang dimiliki secara khusus oleh media massa dan secara umum dengan adanya perkembangan teknologi informasi, bagi TNI AU adalah kesempatan untuk mengoptimalkan pemanfaatannya. Ada peluang yang dapat diambil dari kondisi yang berkembang saat ini, karena perkembangan teknologi informasi dapat dimanfaatkan seluas-luasnya oleh TNI AU untuk membangun dan mengembangkan dirinya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai alat pertahanan negara.


Selain adanya peluang juga kendala yang harus dihadapi oleh TNI
AU adalah menyikapi kemajuan teknologi informasi dengan yang masih terbatas dan dibatasi oleh berbagai kebijakan pemerintah. Sementara itu pula kemajuan teknologi informasi sampai saat ini belum menjadi bagian yang didudukkan sesuai dengan porsinya yang tepat, sehingga bagi Dinas Penerangan TNI AU bertanggungjawab dalam pemanfaatan teknologi informasi, sampai saat ini belum mampu bekerja secara optimal dalam upaya peningkatan citra positif melalui pemanfaatan media massa.


Beberapa faktor eksternal yang mendasari belum optimalnya dalam pemanfaatan media massa oleh TNI
AU yaitu kurangnya partisipasi media massa dalam pemberitaan TNI AU sesuai harapan, belum terbangunnya hubungan psikologis antara TNI AU dan media massa serta adanya kepentingan subjektif media massa khususnya pemilik media massa yang terkadang kurang menguntungkan bagi TNI AU.

Adapun beberapa berita yang dapat dijual kepeda masyarakat umum melalui media massa adalah antara lain :

a. Perkembangan Teknologi. TNI AU acap kali diidentikan dengan kemajuan teknologi, oleh karena itu masyarakat akan menjadi tertarik apabila perkembangan tenologi itu dapat disebarkan kepada masyarakat.

b. Olahraga Dirgantara. Saat ini, perkembangan olahraga dirgantara cukup baik, walaupun olahraga tersebut masih identik dengan olahraga mahal dan eksklusif. Akan tetapi, TNI AU dapat menjual keeksklusifan tersebut kepada masyarakat, sehingga masyarakat menjadi senang dan tertarik. Masyarakat dibrikan berita tentang terjun payung, para layang dan hal – hal yang menyenangkan tentan olahraga dirgantara.

c. Operasi dan Latihan TNI AU. Kegiatan Operasi dan Latihan yang diadakan oleh TNI AU adalah barang yang super eksklusif dan sangat mahal penyelenggaraannya. Oleh karena itu, tingkat ketertarikan masyarakat terhadap berita tersebut akan sangat tinggi. Masyarakat akan sangat menunggu berita tentang kecanggihan peralatan, ketepatan pengeboman dan keindahan gerak pesawat dalam berperang yang kesemuanya itu terdapat dalam operasi dan latihan seperti Angkasa Yudha, Jalak Sakti, Rajawali Perkasa dan lain sebagainya.

d. Karbol AAU. Salah satu ikon Tni AU adalah Karbol AAU. Para pemuda calon pimpinan TNI AU ini masih dianggap idola bagi sebagian besar pemuda Indonesia. Setiap kegiatannya akan menarik perhatian publik, baik Cakra Wahana Paksa, Latiha Sea and Jungle Survival, terutama Drumband Karbol AAU Gita Dirgantara. Seluruh kegiatan Karbol AAU akan tetap menarik dan menjadi berita hangat yang akan menjadi santapan lezat bagi publik Indonesia.

Sertijab Kapolda Jaya Lebih Menarik Wartawan daripada Kasau, Mengapa?

Kejadian tersebut sebenarnya lumrah dan wajar terjadi di Indonesia. Setiap wartawan, baik dari media cetak dan media elektronik, adalah agen dari sebuah bisnis media massa juga. Mereka akan mencari berita yang jauh lebih menarik dan menjual demi meningkatnya omzet penjualan atau rating tontonan mereka. Penyampaian sebuah berita juga menyimpan subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai apa adanya. Berita akan dipandang sebagai informasi yang penuh dengan objektivitas. Bagi kalangan tertentu yang memahami gerak pers. akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis/latar belakang. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan.

Seorang Kapolda, lebih memiliki nilai jual dibandingkan dengan sosok Kasau (seorang yang berbintang empat). Hal ini disebabkan masyarakat jauh lebih mengenal Kapolda, dimana beliau akan berhubungan langsung dengan seluruh lapisan masyarakat. Peliputan tersebut tentu saja akan menarik perhatian masyarakat. Hal ini yang ditangkap oleh para wartawan, mereka akan meliput berita tersebut dengan selengkap-lengkapnya dan secepat mungkin ditertibkan. Yang perlu diingat bahwa, semua berita tersebut akan dijual kepada masyarakat. Bila tidak menarik, maka masyarakat akan beralih kepada media cetak lainnya.

Sedangkan sertijab Kasau, akan memiliki nilai yang tidak terlalu menjual. Masyarakat lebih banyak yang tidak tahu dan tidak peduli bahkan tidak akan peduli siapa Kasau saat ini. Hal ini dikarenaka sosok Kasau bukanlah sosok yang dekat dan jelas bagi seluruh lapisan masyarakat. Hanya pada lapisan tertentu saja yang akan tertarik dengan sertijab itu. Apabila acara tersebut akan dijual kepada masyarakat pedesaan, tentu saja tidak akan menarik dan laku. Oleh karena itu, dapat diterka bahwa media massa yang datang adalah media massa yang bersifat umum nasional seperti Kompas, Angkasa dan lainnya yang bmempunyai kepentingan dengan pemberitaan tentang pertahanan dan kepentingan nasional.

Agenda Setting, Republika dan Suara Pembaruan

Teori Agenda Setting. Teori Agenda Setting dapat dianggap kemampuan media massa untuk menyampaikan kepentingan dari berita-berita yang ada didalam agenda mereka terhadap agenda yang ada didalam masyarakat. Berbagai level dari Agenda Setting adalah :

1) Agenda setting tingkat pertama. Pada level ini media menggunakan obyek atau permasalahan untuk mempengaruhi masyarakat. Pada level ini media menyarankan kepada masyarakat apa yang mereka harus pikirkan.

2) Agenda setting tingkat kedua. Pada level ini media memfokuskan diri terhadap karakteristik dari suatu obyek atau masalah tertentu dan media juga menyarankan kepada masyarakat bagaimana mereka harus berpikir terhadap masalah tersebut. Ada dua tipe atribute yang digunakan, kognitif (substansi atau topik) dan afektif (evaluatif atau positif, negatif, netral).

Fungsi agenda setting memilliki beberapa komponen yang saling berhubungan yaitu :

(a) Agenda Media : isu-isu didiskusikan di dalam media.

(b) Agenda Publik : isu-isu didiskusikan dan secara personal berhubungan dengan anggota-anggota dari suatu komunitas atau masyarakat.

(c) Agenda Kebijakan : isu-isu yang dianggap penting oleh para pembuat kebijakan atau pemerintah.

(d) Agenda Perusahaan : isu-isu yang dianggap penting bagi perusahaan dan pelaku bisnis.

Berdasarkan uraian di atas, baik Suara Pembaruan dan Republika menggunakan agenda setting tingkat kedua dan berusaha mempengaruhi pembaca dengan gaya dan isi berita mereka masing-masing. Pada kasus Tifanul Sembiring, Republika berusaha meyakinkan para pembacanya bahwa, Tifanul Sembiring tidak bersalah dengan menyajikan komentar-komentar yang bernada membela yang disampaikan oleh pihak-pihak tertentu didalam pemberitaan. Republika juga tidak menjelaskan statement negatif dari pihak lain yang berlawanan dengan harapan masyarakat tidak akan mengubah mind setting yang telah dibuat. Masyarakat akan dibuat tetap membela PKS dan Tifanul Sembiring dan tidak pernah berpikir sebaliknya.

Demikian pula dengan Suara Pembaruan yang memang beraliran Batak - Kristen. Koran tersebut berusaha meyakinkan pembaca dengan gaya bahasanya agar sesuai dengan harapan mereka. Berita yang disajikan merupakan ungkapan perasaan tidak puas terhadap perlakuan pemerintah RI terhadap Tapanuli karena dengan sengaja membiarkan tanpa dimekarkan menjadi suatu provinsi. Dengan bahasanya, editor berusaha membandingkan dengan keluarnya Timor Timur dari Indonesia dan betapa berjasanya Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII, sehingga tidak ada alasan bagi pemerintah dan pembaca untuk menolak berdirinya Provinsi Tapanuli. Dengan agenda setting tersebut, mereka berusaha menanamkan pikiran mereka ke dalam pikiran para pembaca.

Republika VS Suara Pembaruan

a. Suara Pembaruan. Menurut sumber Wikipedia, didapatkan beberapa data dari Suara Pembaruan sebagai berikut:

1) Sejarah. Suara Pembaruan pertama kali terbit pada tanggal 27 April 1961 dengan nama Sinar Harapan yang dikelola oleh PT. Sinar Kasih. Pada tahun 1986, dunia surat kabar Indonesia terguncang, ketika harian umum ini dicabut izin terbitnya nya oleh pemerintah Orde Baru. Namun HG Rorimpandey selaku pemimpin umum , terus mencari cara untuk bisa kembali menerbitkan Sinar Harapan. Akhirnya pada tanggal 4 Februari 1987 setelah melalui negosiasi panjang dengan pihak pemerintah, pengelola diizinkan kembali menerbitkan koran dengan nama baru yaitu Suara Pembaruan dengan nama penerbit baru yakni PT. Media Interaksi Utama dan tentunya susunan personalia redaksi yang juga baru. Koran baru ini memiliki konsep yang tidak jauh berbeda dengan koran sebelumnya termasuk logo dan rubrikasinya.

2) Saat Ini. Setelah era reformasi, beberapa pihak di internal Suara Pembaruan keluar dan menerbitkan kembali Sinar Harapan , sehingga saat ini kedua koran ini yang pada dasarnya dari akar yang sama bersaing di pasar koran sore. Suara Pembaruan sendiri terbit setiap hari dengan edisi Minggu nya sudah diedarkan di pasar berbarengan dengan edisi Sabtu sore. Tidak seperti edisi hariannya yang penuh dengan berita berat seperti politik, ekonomi, hukum dan lain-lain, edisi Minggu Suara Pembaruan bercorak lebih santai dan soft. Beritanya dikemas lebih ringan untuk menemani akhir pekan para pembacanya. Sejak tahun 2006, Suara Pembaruan memiliki kemitraan strategis dengan Globe Media Group, sebuah grup penerbit yang mengelola beberapa media cetak diantaranya koran bisnis Investor Daily, Majalah Investor, majalah Globe Asia, dan koran berbahasa Inggris The Jakarta Globe. Seperti halnya koran-koran mainstream pada umumnya, Suara Pembaruan terbit dalam versi cetak, versi online dan versi e-paper

3) Pembaca. Peredaran Suara Pembaruan meliputi sekitar 85% di Jabodetabek dan 15% di kota-kota lain di Indonesia. Banyak kalangan menilai Suara Pembaruan adalah koran sore terbesar di Indonesia. Menurut Nielsen Media Research, profil pembaca Suara Pembaruan adalah pria (67%), usia 30-39 tahun (51%), usia 20-29 tahun (38%), SES A1, A2 (40%), white collar (56%), blue collar (25%), pendidikan SLTA (58%) dan universitas (25%).

b. Republika. Sumber Wikipedia mengungkapkan bahwa Republika adalah koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas muslim bagi publik di Indonesia. Penerbitan tersebut merupakan puncak dari upaya panjang kalangan umat Islam, khususnya para wartawan profesional muda yang dipimpin oleh ex wartawan Tempo, Zaim Uchrowi yang telah menempuh berbagai langkah. Kehadiran Ikatan Cendekiawan Muslim se Indonesia yang dapat menembus pembatasan ketat pemerintah untuk izin penerbitan saat itu memungkinkan upaya-upaya tersebut berbuah. Republika terbit perdana pada 4 Januari 1993.

Penerbitan Republika dinilai menjadi berkah bagi umat Islam. Sebelum masa itu, aspirasi umat Islam tidak mendapat tempat dalam wacana nasional. Kehadiran media ini bukan hanya memberi saluran bagi aspirasi tersebut, namun juga menumbuhkan pluralisme informasi di masyarakat. Karena itu kalangan umat Islam kemudian antusias memberi dukungan, antara lain dengan membeli saham sebanyak satu lembar saham per orang. Dan PT Abdi Bangsa Tbk sebagai penerbit Republika pun menjadi perusahaan media pertama yang menjadi perusahaan publik.


Keberhasilan republika disusul dengan kelahiran majalah Ummat di awal tahun 1995. yang mempunyai semangat yang sama untuk melayani kebutuhan masyarakat islam yang sadar politik karena waktu itu tidak ada majalah yang mengisi segmen tersebut.
PT Abdi Bangsa selanjutnya menjadi holding company, dan Republika berada di bawah bendera PT Republika Media Mandiri, salah satu anak perusahaan PT Abdi Bangsa. Di bawah bendera Mahaka Media, kelompok ini juga menerbitkan majalah Golf Digest, koran berbahasa mandarin Harian Indonesia, majalah Parents, majalah a+, radio Jak FM, dan JakTV. Mahaka Media juga melakukan kolaborasi dengan kelompok radio Prambors, terutama radio Female dan Delta.

Mulai tahun 2004, Republika dikelola oleh PT Republika Media Mandiri ( RMM ). Sementara PT Abdi Bangsa naik menjadi perusahaan induk ( Holding Company ). Di bawah PT RMM dengan pemimpin redaksi Ikhwanul Kiram Mashuri dan wakil pemimpin redaksi Nasihin Masha, Republika terus melakukan inovasi penyajian untuk kepuasan bagi pelanggannya.

Walau berganti kepemilikan, Republika tak mengalami perubahan visi maupun misi. Namun harus diakui, ada perbedaan gaya dibandingkan dengan sebelumnya. Sentuhan bisnis dan independensi Republika menjadi lebih kuat. Karena itu, secara bisnis, koran ini terus berkembang. Republika menjadi makin profesional dan matang sebagai koran nasional untuk komunitas muslim.